Rabu, 03 September 2014

TIGA (SOK) PUISI



 Puisi Bisik

Lewat telinga kananmu, kubisiki kau rindu
                menjelma terang di degup jantungmu
                dan jantungku.

Dengan bahasa kita tersendiri
                aku nyanyikan sebuah tembang tengah hari
                yang  mengiringmu dari jalanan sunyi.

Mari, O, cinta
                kita tandaskan, setandas-tandasnya
                keraguan yang melagu di jiwa.

Bukankah percintaan ini harus kita syukuri?
Masih perlukah kau bergaul dengan siapa-siapa yang asing?

Lewat telinga kirimu, kubisiki lagi kau rindu
                menjelma pintu terkunci
                agar takada rindu lain
                di telingamu.
               
Bandung, 6 Mei 2014
                 20:50





 Namamu


Ingin kucatat namamu lagi
                pada tanah yang kian merekah
                pada petak menjelma retak.

Ingin kucatat rinduku lagi
                dengan tinta darah hatiku
                di atas bola dadamu.

Sebab telah aku mengerti.
Sebuah rahasia dari nama.

Membungkusimu sebagai ratna yang pendar,
                dalam mataku.

Ingin kucatat namamu sekali lagi
                sebelum namaku tercatat
                pada batu nisan.

Bandung, 6 Mei 2014
 21:01



Percintaan Sunyi

Marilah kita syukuri sebuah percintaan sunyi ini
Lalu melangkahkan kekosongan yang tak terduga
Pada jalan hingga lorong yang mekar
Sembari memungut-munguti nasib

Sedang jalanan telah menjadi pertikaian bagi keringat
Menggoreskan sebuah sajak cinta kita

Untuk apa kita sesali percintaan sunyi ini
Kita bersajak bagi kejaran duka dan dusta
Sedang bayangan kita berdekapan
Aku hanya bersujud sendu
Memohon restu pada Sang Satu

Tak perlu disesali
Percintaan kita yang sunyi
Setidaknya kita telah tahan berjalan terseok di jalanan
Juga mendapat timbunan tawakal

Bandung, 5 Mei 2014
22:07

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung